Perang Kreativitas Pilkada DKI Jakarta

Rabu, Januari 25, 2017






Panggung Pilkada DKI Jakarta 2017 benar-benar menguras energi. Seluruh mata negeri ini tertuju dan melotot ke ibu kota ini. Tiga kandidat yang bakal berebut kursi Jakarta 1 ini menjadi “artis” yang semuanya dieksplorasi dan “dijual” untuk kampanye agar menyedot perhatian pemilih supaya mantap memilih dirinya. 

Pasangan calon nomor urut satu, Agus-Silvi, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, diusung empat partai politik, yakni Demokrat, PPP, PKB, dan PAN. Pasangan nomor urut dua adalah pasangan incumbent, Ahok-Djarot,  Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, yang diusung oleh PDI-P, Golkar, Hanura, dan Nasdem. Dan terakhir adalah pasangan nomor tiga yang diusung oleh Gerindra dan PKS, Anies-Sandiaga, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno. 

Pilkada DKI Jakarta 2017 semakin panas, tatkala calon Gubernur Petahana, Ahok, disidangkan dalam kasus penistaan agama akibat ulahnya saat masih menjabat Gubernur, dalam sambutannya di Kepulauan Seribu Jakarta yang menyebut-nyebut “Dibohongi pakai surat al Maidah 51”. Pidato ini kemudian menjadi viral (Apalagi juga diedit dan dihilangkan kata “pakai” dalam video yang tersebar di dunia maya) dan menyulut demo besar-besaran di ibu kota yang diprakarsai oleh FPI dan GMNU. Demo yang dikenal dengan sebutan 411 dan 212 ini menjadi awal Ahok ditersangkakan dan kemudian disidangkan dan hingga kini masih terus saja berlangsung. Polemik tentu saja ada, baik yang pro maupun yang kontra. Baik yang “setuju” atas dugaan penisataan agama maupun pihak yang tidak setuju perbuatan itu masuk dalam kategori penistaan agama. Ini membuat Pilkada semakin menarik, energi besar tersedot ke Pilkada ini, tidak cuma warga DKI Jakarta, tetapi dari Sabang sampai Merauke, tersedot semua dalam polemik ini. Praktis, Pilkada serempak tahun 2017 di luar DKI Jakarta sepi, nyaris tanpa berita, karena tersedot semua ke Pilkada di kota terbesar negeri ini.

Tapi bukan  di situ yang menurutku paling menarik. Justru yang begitu menarik  adalah adanya perang kreativitas diantara kandidat-kandidat ini. Tim dan pendukung fanatiknya dituntut untuk selalu kreatif dalam “menjual” pasangan yang didukungnya. Saat ini, di zaman media sosial begitu lebih masif, bagiku dunia videografi begitu menarik perhatian kawula muda. Begitu pula dalam meraih dukungan di Pilkada kali ini, tidak hanya terbatas di Pilkada DKI 2017, tapi juga di Pilkada daerah lain. Saat ini adalah eranya video yang begitu mudah masuk ke ruang-ruang pribadi kawula muda. Tanpa permisi, tanpa ketuk pintu, video begitu mudah masuk ke gadget yang dipegang pemilih muda. Oleh karena itu, kreativitas pembuatan video dan lagu dalam kampanye begitu menentukan dalam menyedot perhatian kawula muda. Maka tak heran, bila dalam hal Pilkada DKI ini perang kreativitas benar-benar kentara dan tak terelakkan, baik dalam tim inti maupun tim pendukungnya masing-masing.

Sebagai orang luar, sebagai warga biasa yang tentu saja tak memiliki KTP DKI Jakarta, ini saat yang penting untuk belajar. Saya harus belajar, bagaimana mengemas dan memoles sesuatu untuk layak dan begitu indah ditampilkan. Kreativitas yang muncul “fulgar” ke permukaan inilah yang harus kita apresiasi. Walhasil, ternyata gairah kreativitas  tak bisa dilepaskan, bahkan mungkin menjadi komoditi andalan di masa depan. Kreativitas menjadi “Nyawa” kehidupan dan “senjata” kemenangan seseorang. Ini yang saya pelajari dan saya perhatikan dalam momentum Pilkada serentak 2017 ini. (*)  

Video/Lagu kampanye Agus-Silvi
Video/Lagu kampanye Agus-Silvi

Video/Lagu kampanye Ahok-Djarot
Video/Lagu kampanye Ahok-Djarot

Video/Lagu kampanye Anies-Sandiaga
Video/Lagu kampanye Anies-Sandiaga  

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images