Hastomo Arbi, Pahlawan Indonesia di Piala Thomas 1984

Minggu, Mei 09, 2010



TULUS DAN KONSENTRASI PENUH
Oleh: Muhammad Kharis

Perebutan gelar Piala Thomas mulai dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan ini. Dalam perjalanannya, nama Hastomo Arbi mencuat dalam Piala Thomas 1984.

TAK ada yang menyangsikan, Hastomo Arbi menjadi salah seorang aktor penting di Piala Thomas 1984. Saat itu tim yang kalah dalam hal materi pemain justru mampu menum­bangkan lawannya yang menyandang status juara bertahan. Tiongkok kalah di partai final dengan skor 3-2 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Hastomo, pemain tunggal yang kala itu berusia 26 tahun, mampu menumbangkan an­dalan Tiongkok Han Jian dengan skor 14-17, 15-6, 15-8. Dengan kemenangan tersebut, skor tim Indoensia menjadi 1-1 setelah Liem Swie King tumbang oleh Luan Jin di partai pertama. Tim Merah Putih tertinggal lagi 1-2 dari tim Tiongkok setelah Icuk Sugiarto kalah oleh Yang Yang. Namun, dalam even bulu tangkis beregu pria tersebut, Indonesia akhirnya me­nang 3-2 setelah dua pasangan ganda -Christian Hadinata/Hadibowo dan Liem Swie King/Kartono- menang.

Kemenangan itu menjadi salah satu kenangan manis yang tak terlupakan bagi Hastomo. Pria dengan tinggi badan 162 sentimeter dan berat badan kini 63 kilogram tersebut mampu me­nga­lahkan Han Jian. "Sebelumnya, saya belum pernah menang. Tapi, saat itu bisa menang," kenang Hastomo.

Pria yang suka lari dan bersepada tersebut me­nuturkan, kala itu dirinya tidak diunggulkan untuk memenangi pertandingan. Alasannya, peringkat Han Jian jauh lebih baik.

"Tetapi, dengan perjuangan ekstra, akhirnya saya mampu unggul," tuturnya.

Dijelaskan, salah satu rahasia menum­bang­kan andalan tunggal Tiongkok tersebut adalah bermain dengan tulus dan ber­kon­sen­trasi penuh. "Saya main tulus saja, main lepas tanpa ha­rus memikirkan kalah dan me­nang," ungkapnya.

Sebab, menurut dia, banyak faktor yang membuat pebulu tangkis di la­pangan menang. Selain teknik per­mainan, faktor mental sangat ber­pe­ngaruh. "Yang penting harus bermain terbaik dan tulus," imbuhnya.

Hastomo tertarik pada bulu tangkis sejak kecil. Dia pun kenal olahraga tepok bulu tersebut dari kedua orang tuanya, Arbi dan Hastuti, yang merupa­­kan penggemar bulu tangkis. Kege­maran ke­dua orang tuanya pun secara alamiah tersebut me­­nurun kepada anak-anak. "Saat saya kecil, orang tua sering mengajak saya ke­tika ber­main bulu tangkis," terang pria yang di­be­sar­kan di Dukuh Kradenan, Desa De­maan, Ke­camatan Kota, Kabupaten Kudus, tersebut.

Dari situlah, naluri untuk serius dalam olah­raga tersebut ditekuni. Dia kala itu berusia tujuh tahun. Saat itu dia sudah biasa bermain bulu tangkis dan menujukkan potensi serta kepandaiannya.

Kemudian, untuk lebih me­ning­katkan teknik serta perhatiannya ter­hadap bulu tang­kis, kakak kan­dung juara dunia dan juara All England Haryanto Arbi tersebut pada 1970 bergabung dengan PB Djarum. Di klub bulu tangkis terbesar di Indo­nesia itu, dia diasuh oleh pelatih legendaris PB Djarum Kudus Agus Susanto dan Anwari.

"Saat itu latihan kami masih berada di GOR Djarum lama di GOR Djarum, Kaliputu, Kudus," sambungnya.

Keuletan serta ketekunan untuk mendalami bulu pun tangkis kian terasah. Apalagi, mulai 1979 dia terpilih sebagai salah seorang atlet yang berhasil masuk pelatnas di Jakarta.

"Seluruh pemain terbaik dari setiap klub yang ada di Indonesia berlomba-lomba masuk ke pelatnas. Jadi, di sana kompetisi saat latihan lebih terasa," tuturnya.

Orang yang memelopori adik-adiknya untuk berprestasi di bulu tangkis itu menambahkan, dengan bergabung di pelatnas, kesempatan untuk bertanding di berbagai even -baik tingkat nasional maupun tingkat internasional- semakin terbuka luas. Dengan begitu, jam terbang bermain lebih sering jika dibandingkan dengan masih berada di klub.

Hastomo bergabung dalam pelatnas mulai 1979 hingga 1986. Adapun prestasi yang dito­reh­kannya sepanjang perjalanan karir di bulu tang­kis, antara lain, juara SEA Games 1979, juara PON 1985, runner-up Indonesia Open 1983, dan juara Piala Alba 1983. Dia juga mem­bela Indonesia sehingga meraih Piala Thomas 1984. (muhammad kharis/jpnn/c10/diq)
http://www.jawapos.com/sportivo/index.php?act=detail&nid=132375

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images