Kenang Nabi Nuh, Bubur Asyura Tak Pernah Ketinggalan

Banyak hal unik dalam prosesi Buka Luwur Sunan Kudus 10 Muharram 1431 H. yang puncaknya berlangsung pada Minggu lalu (27/12). Salah satunya mengenai bubur Asyura yang tak pernah ketinggalan dalam kegiatan tahunan ini. Lalu, apa manfaatnya?

SUASANA komplek Menara Kudus pagi itu begitu meriah. Ratusan peziarah silih berganti datang dan pergi meninggalkan salah satu makam penting di Kota Kretek ini. Maklum saja, menjelang puncak Buka Luwur yang diperingati setiap tanggal 10 Muharram ini, ribuan peziarah setiap harinya memadati komplek makam Sunan Kudus ini. Saat Radar Kudus bertandang pada Sabtu (26/12) lalu, tepat sehari menjelang puncak buka luwur, kemeriahan di Menara begitu nyata.

Di dalam Masjid Al-Aqsha sendiri, pagi itu berlangsung acara takhtiman Alquran bilghaib yang dihadiri puluhan huffadz (orang yang hafal Alquran). Acara ini sendiri diperdengarkan melalui pengeras suara yang tersebar di seluruh areal komplek Masjid Al-Aqsha. Sehingga, suara ayat-ayat suci Alquran terus menggema pagi itu.

Pada malam sebelumnya, tepatnya pada Jumat malam (25/12) sekitar pukul 20.00 hingga dini hari pukul 01.00, di serambi masjid ini, tepatnya di depan pintu kembar masjid, masyarakat juga dimanjakan dengan pagelaran terbang papat. Dalam pagelaran ini, dilangsungkan acara doa rasul dan pembacaan shalawat dengan iringan ketipung yang berjumlah empat dan satu jidur yang sering disebut dengan terbang papat atau terbang jidur.

Di sisi lain, para ibu-ibu sibuk mempersiapkan bubur Asyura. Puluhan ibu-ibu ini mempersiapkan ratusan pepes bubur Asyura yang akan dibagikan ke masyarakat sekitar. Bubur ini dibuat ketika bulan Syura tiba. Bulan Syura merupakan sebutan lain dari bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam (Hijriyyah). Bubur Asyura dipertahankan, konon karena merupakan bancaan (sedekah) Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang pada tanggal 10 Muharram (dalam bahasa Arab disebut Asyura atau hari ke sepuluh).

Tradisi selametan dengan bubur Asyura inipun hingga sekarang terus dilangsungkan dalam buka luwur. Biasanya, bubur Asyura ini dibuat dan dibagikan sehari sebelum puncak buka luwur tiba, yakni pada tanggal 9 Muharram.

Baca: Buka Luwur, Ribuan Warga Antre Nasi Jangkrik

Mahmudah, salah satu ibu yang sibuk menyiapkan bubur Asyura di Masjid Al-Aqsha mengatakan, bubur Asyura dibuat dari 8 bahan yang berbeda. ’’Ada beras, jagung, kedelai, ketela, tolo, pisang, kacang hijau dan kacang tanah,’’ jelasnya.
Delapan bahan tersebut konon, sesuai dengan bubur Asyura Nabi Nuh yang juga terbuat dari 8 bahan makanan. Selain dari bahan-bahan tersebut, dalam bubur Asyura ini juga ditaburi dengan beberapa snack lainnya. Seperti, pentul, cambah, cabe merah, tahu goreng, tempe goreng, teri goreng, udang dan sebagainya.

Pentul sendiri merupakan makanan gorengan berbentuk bulat yang terbuat dari berbagai macam bahan. ’’Dari kelapa, daging, gandum, dicampur dengan gula merah dan ditambah daun jeruk,’’ katanya. Setelah semua bahan dicampur, kemudian dibulatkan kecil-kecil dan kemudian digoreng hingga matang.

Tahun ini, kata Mahmudah, sekitar seribu pepes bubur Asyura yang dibagikan kepada masyarakat sekitar. Bubur ini dibagikan ke tiga desa sekitar menara, yakni Desa Kauman, Kerjasan dan Damaran. ’’Bubur Asyura ini tak pernah ketiggalan dalam buka luwur,’’ ungkap ibu yang telah puluhan tahun membantu proses Buka Luwur ini.

Baca: Buka Luwur Menara Kudus, Dibedakan Antara Daging Nadzar dan Biasa

Terlihat, seluruh proses pembuatan bubur, mulai dari memasak hingga pendistribusian bubur ini banyak dilakukan oleh kaum perempuan. ’’Bubur ini diantarkan ke rumah-rumah penduduk sekitar,’’ kata dia.

Selain dibagi ke masyarakat, bubur ini juga dibuat sebagai bancaan usai para ibu-ibu melakukan pembacaan Albarzanji di Pawestren Masjid.
Bubur Asyura juga ditunggu masyarakat seperti halnya nasi jangkrik yang dipercaya mengandung banyak berkah dari Sunan Kudus. (*/rus)