Mengurai Jebloknya Prestasi Persiku

Senin, Mei 10, 2010

Pemain Kurang Motivasi
oleh: Muhammad Kharis

Kompetisi Divisi Utama 2009/2010, menjadi mimpi buruk buat Persiku. Bagaimana tidak, alih-alih bisa meraih prestasi maksimal (menembus Super Liga), mempertahankan posisi di Divisi Utama saja tak bisa. Persiku pun harus menerima kenyataan terdegradasi (berdasar aturan resmi yang dibuat PSSI) ke Divisi Satu lagi musim depan. Lalu, apa sebenarnya yang menjadikan jebloknya prestasi Persiku ?

Perjuangan Persiku menembus Divisi Utama sebagai obat kekecewaan ketika Persiku ada dipuncak prestasi di era 1995-an, seolah tak ada artinya. Kompetisi Divisi Utama 2009/2010 yang diharapkan menjadi masa kebangkitan Persiku setelah ’’peristiwa kelabu’’ di era 1995-an, justru seolah malah menjadi titik awal keterpurukan Persiku.

Tapi, ibarat pepatah, nasi telah menjadi bubur. Hal yang sudah terjadi tak mungkin bisa dikembalikan lagi. Karena itu, apa yang terjadi ini, diharapkan menjadi pelajaran berharga buat pengurus maupun manajemen Persiku. Bahwa, niatan baik saja ternyata tidak cukup untuk mengukir prestasi. Di sini, tetap dibutuhkan kerja keras dan dorongan (motivasi), sehingga sesuatu yang biasa akan menjadi luar biasa.

Di akhir kompetisi, Persiku Kudus berada di posisi ke-11 dengan torehan 19 poin. Dari 20 kali pertandingan yang dijalani Persiku, skuad macan Muria ini hanya mampu membubuhkan lima kali kemenangan, dan empat kali seri. Selebihnya, Persiku mengalami kekalahan hingga 11 kali pertandingan.

Jebloknya prestasi ini jelas membuat banyak pihak meradang. Tak pelak, cibiran terhadap pemain menjadi salah satu sasaran bahan evelausi atas menurunnya prestasi di lapangan. Sebab, bagaimanapun, merekalah yang bertarung di rumput hijau. Namun, kurangnya motivasi pemain dari pengurus ataupun manajemen Persiku, dituding sebagai pemicunya.

Bila melihat komposisi pemain, meski didominasi pemain lokal, tetapi tim Persiku sebenarnya tak beda dengan tim lain. Pasalnya, ketika di-launching, Persiku memiliki tiga legiun asing, yakni gelandang Owang Abong Crepin, striker Kamara Adoulf, serta defender Kamga Jeans Congre. "Kita memang memberdayakan dan menarik potensi lokal yang ada," ungkap M Ridwan, manajer Persiku.

Tapi sayang, meski diperkuat tiga legiun asing, kekuatan tim di bawah ramuan pelatih Welly Podungge, di awal-awal kompetisi belum menemukan performa terbaiknya, dan empat kali laga pertama Persiku terus mengalami kelakahan. Ironisnya, dari empat kali kekalahan di awal tersebut, dua kali dijalaninya di hadapan ribuan suporter fanatiknya di stadion Wergu Wetan.

Agus Santiko, kapten tim Persiku, mengakui, salah satu kelemahan Persiku musim ini adalah persoalan materi pemain. ’’Banyaknya pemain lokal yang masih dini tekniknya turut berpengaruh terhadap tim. Sehingga daya dobrak kita kurang,’’ ujarnya memberi alasan.

Di putaran kedua, Persiku mencoba berbenah dengan memasukkan lima pemain anyar yang sudah jadi. Dari lima pemain baru tersebut, satu merupakan pemain asing, yakni striker Chistian Bekatal. Toh begitu, hal ini ternyata maish tak mampu mnegangkat prestasi Persiku, sehingga berujung pada pemecatan pelatih Welly Podungge.

Namun, selaian persolan materi pemain, beberapa hal yang dianggap kurang dalam tim Persiku adalah persoalan motivasi terhadap tim. Ini seperti yang diakui asisten pelatih Hidayat. Kepada Radar Kudus, ia mengatakan secara umum, motivasi dari tim masih kurang. Sehingga hal ini berpengaruh ketika merumput di lapangan. ’’Terlihat semangat juang di lapangan seringkali naik turun,’’ ungkap Hidayat.

Terkait semangat serta motivasi ini juga dirasakan oleh kapten tim, Agus Santiko. Ia mengatakan, semangat serta motivasi dari para pengurus, manajeman maupun ketua umum Persiku dirasa kurang. ’’Dalam latihan rutin maupun pertandingan kita jarang dihadiri para pengurus,’’ kata dia.

Sementara itu, di mata asisten pelatih, Widhoro Heriyanto, secara umum, di putaran kedua permainan tim sedikit ada perubahan. Tak mau menuding pihak tertentu, Widhoro lebih menyalahkan faktor pendanaan yang minim. ’’Bahkan, faktor pendaaan ini merupakan salah satu faktor penting bagi sebuah tim,” ujarnya.

Hal sama juga diungkapkan ketua Harian Persiku Sam’ani Intakoris. Menurutnya, hingga akhir kompetisi musim ini, paling tidak sekitar Rp 4 miliar dana telah digunakan. ’’Tentu dibutuhkan dana yang besar dalam sepak bola. Dan ke depan ini harus dipikirkan darimana sumber dana tersebut. Tujuannya, jelas agar perjalanan Persiku ke depan lebih baik lagi,’’ jelas Sam’ani. (*/rus)

Radar Kudus, Edisi Rabu, 28 April 2010

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images