Perayaan Kelulusan ala Pelajar MA Qudsiyyah Kudus

Minggu, Mei 09, 2010

TAK PERNAH CORAT CORET, PETAHANKAN TRADISI ZIARAH

Oleh: MUHAMMAD KHARIS

Ada yang tak pernah berubah pada para pelajar MA Qudsiyyah Kudus, dari dulu hingga sekarang, yakni terkait perayaan kelulusan. Di mana, para pelajar MA Qudsiyyah Kudus tak pernah sekalipun dengan hura-hura ataupun corat-coret pakaian, seperti yang dilakukan pelajar sekolah lainnya. Justru, kelulusan dilakukan dengan cara yang sederhana namun tak mengurangi rasa syukur atas kelulusan tersebut. Benarkah?

SORE itu, seluruh pelajar kelas XII MA Qudsiyyah Kudus datang dengan perasaan campur aduk. Maklum, pada Senin lalu (26/4), mereka menantikan hasil ujian nasional (unas) yang telah dijalaninya. Bertempat di aula Madrasah Qudsiyyah, di Kelurahan Kerjasan, Kecamatan Kota, mereka sedang menanti dengan hati dag-dig-dug.

Di aula itu, sebelum pengumuman kelulusan dibagikan, seluruh siswa madrasah yang berdiri sejak tahun 1919, itu melalukan doa bersama. Sekitar pukul 16.30 mereka melakukan istighosah. Akhirnya, pengumuman kelulusan pun dimulai.

Kebahagiaan pun pecah di antara mereka. Apalagi, secara rata-rata, hasil ujian di madrasah yang hanya untuk siswa laki-laki ini menempati urutan pertama di Kabupetan Kudus. Dengan nilai rata-rata 47,45 madrasah ini menempati peringkat tertinggi jurusan IPS se- Kabupaten Kudus mengalahkan sekolah swasta dan negeri seluruh Kabupaten. Dari 6 mata pelajaran yang diujikan pada jurusan IPS ini, madrasah ini memperoleh nilai tertinggi, yakni 51,60 yang diraih oleh siswa Abdul Mujib.

Toh begitu, di tengah-tengah penyambutan prestasi itu, tetap saja ada siswanya yang sedih. Pasalnya, dari 125 pelajar ini, ada empat siswa yang harus mengulang. Tetapi, secara keseluruhan, para pelajar larut dalam kegembiraan atas hasil tersebut.

Namun, kegembiraan tersebut diekpresikan dengan cara yang berbeda. Corat-coret dengan pilok berwarna-warni yang menghiasi seragam menjadi sesuatu yang harus dijauhi. ''Dari dulu sampai sekarang tidak pernah yang namanya corat-coret,'' terang Azwar Hakiem, salah satu siswa yang lulus dengan nilai 46,55 ini. ''Hal itu (corat-coret, Red) menjadi larangan madrasah yang hingga kini tak pernah berani ada yang melanggar,'' imbuhnya.

Lalu, bagimana mereka mengekpresikan kegembirann hasil lulusan tersebut. ''Biasanya kita kemudian menjalankan nadzar (janji, Red) masing-masing yang kita ucapkan,'' jelasnya.

Tahun ini, mayoritas siswa melakukan ziarah pada tiga wali dari sembilan wali di Jawa yang kondang dengan sebutan Walisongo. Ketiga wali tersebut, masing-masing Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga. ''Selesai pengumuman itu juga kita bareng-bareng pergi ziarah hingga tengah malam,'' terang M Hasan, siswa lain yang juga lulus dengan nilai 47,00.

Santri Pondok Pesantren Raidlatul Muta'allimin, Jagalan, Langgar Dalem Kudus itu menjelaskan, usai menerima kelulusan, kemudian para siswa ziarah ke Sunan Kudus, dilanjutkan ke sunan Muria dan juga Sunan Kalijaga di Demak. ''Ziarah ke tiga sunan ini menjadi hal yang terus dilakukan,'' kata Hasan.

Bahkan, kegiatan ziarah ke makam wali-wali ini dilakukan juga sebelum melaksanakan ujian serta sesudah keluarnya pengumuman kelulusan.

Ahmad Syarifuddin, siswa lainnya yang lulus dengan nilai 49, 50 ini menambahkan, selain ziarah ke tiga sunan tersebut, pihaknya juga melakukan ziarah ke makam pendiri Madrasah Qudsiyyah yakni ke makam KHR Asnawi yang berada di kompleks makam menara Kudus.

''Bagi kami, corat-coret dengan pilok dan konvoi di jalan, adalah sesuatu yang berlebihan,'' tandasnya. (*/rus)

http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156701

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images