H M Noor Syukron; Menekuni Kaligrafi mengantarkan ke Tanah Suci

Minggu, Mei 09, 2010



MENEKUNI hobi dengan serius dapat mendatangkan berbagai keuntungan. Itu sudah dibuktikan HM Noor Syukron. Salah satu kaligrafer terkenal di Kudus ini, sudah merasakan hasilnya menekuni hobi yang mendatangkan beragam keuntungan.
Berawal dari sekedar hobi menekuni seni kaligrafi huruf Arab, kini hobinya itu telah menjadi sebuah penghasilan sehari-hari yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan melalui seni kaligrafi ini pula, pria yang beralamatkan di RT 03/RW I, Desa Kauman Menara, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus sempat mendapatkan hadiah untuk berangkat Haji, pada 1997 silam.

Memang, seni kaligrafi menjadi sesuatu yang menarik dan menjadi kekayaan budaya tersendiri bagi dunia Islam. Keindahan dari berbagai macam jenis kaligrafi Arab ini menjadi daya tarik tersendiri.

Kudus, yang dikenal dengan kota santri ini merupakan salah satu daerah yang produktif dalam mencetak kaligrafer-kaligrafer handal. Sehingga nama Kudus kian popular, salah satunya dengan banyaknya para ahli kaligrafi yang berasal dari Kota Kretek ini. Tidak hanya mampu berprestasi di pentas nasional, kaligrafer-kaligrafer tersebut juga mampu membuktikan keahliannya di pentas internasional. H M Noor Syukron adalah salah satu di antaranya.

Saat ditemui Radar Kudus di sela-sela kesibukannya beberapa waktu lalu, Syukron, panggilan akrabnya, mengatakan, kepiawaiannya dalam menekuni seni huruf Arab ini dimulai sejak kecil. Sejak dirinya mengenal huruf hijaiyyah dan mengenal jenis serta model huruf ini dirinya sudah kepincut dengan keindahannya. Apalagi setelah ia bersekolah di Madrasah Qudsiyyah yang kental dengan pelajaran Islam yang selalu berhubungan dengan huruf-huruf Arab ini.

Memang, pria yang tinggal di sebelah utara menara Kudus ini sejak kecil bersekolah di Madrasah Qudsiyyah saat mulai sifir (TK, Red) hingga lulus di tingkat SMA, yakni lulus di Madrasah Aliyah (MA) pada 1995 lalu. "Sejak kecil saya di Qudsiyyah mulai Sifir. Dulu kelas Sifir berada di sebelah selatan Masjid Menara ini," terang Syukron.

Dikatakan, huruf Arab mempunyai berbagai macam jenis. Masing-masing jenis tersebut memiliki kaidah tersendiri dan memiliki corak khusus. Ada delapan jenis tulisan arab antara lain naskhi, tsulusi, riq’i, dewani, dewani jali, kufi, farisi, dan raihani. Masing-masing jenis tersebut sangat jelas perbedaannya. "Ini yang menjadikan khath (tulisan, Red) Arab begitu memukau," jelasnya.

Potensi yang dimiliki, serta bakat menulis kaligrafi serta rasa cinta terhadap seni kaligrafi tersebut semakin terasah sejak ia beranjak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Qudsiyyah Kudus sekitar 1989. Sejak saat itu pula ia mulai rajin mengikuti setiap perlombaan. "Mulai dari lomba kaligrafi di class meeting (lomba antar kelas di Madrasah Qudsiyyah yang diadakan setiap tahun, Red), hingga lomba tingkat Jawa Tengah dan nasional," terangnya.

Banyak guru yang telah berperan menempa dirinya yang menghantarkannya menjadi seorang yang ahli di seni kaligrafi ini. Di antara guru-guru yang berperan membimbingnya di Madrasah Qudsiyyah tersebut antara lain Ustad Ahmad Faruq, Ustad Hilal Haidar dan ustad H Syukron. "Sementara yang membimbing dalam kejuaraan adalah ustad H Aufa Siddiq," sambungnya.

Melalui bimbingan dari kaligrafer handal, Aufa Siddiq inilah, Syukron akhirnya mampu meraih berbagai prestasi, baik tingkat regional, nasional maupun tingkat ASEAN. Dari sekian kejuaraan tersebut kenangan paling indah tatkala dirinya menjadi penulis kaligrafi terbaik nasional 1994. Pada 1994 inilah Syukron mendapat anugerah besar, dengan berangkat ke tanah suci Makkah dan Madinah untuk berhaji berkat dari hadiah kejuaraan tersebut. "Saat itu menjadi kebahagiaan yang tak tertandingi saat memenangi kejuaraan tersebut. Meski karena sesuatu hal, pelaksanaan ibadah hajinya baru terlaksana pada 1997," katanya.

Dijelaskan, pada 1994 tersebut, ia juga membawa nama baik Kudus dan juga Jawa Tengah. Sebab, tahun itu, pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional, tiga juara I diraih oleh Jawa Tengah dan dua orang tersebut berasal dari Kudus. Yakni dirinya meraih juara di kategori penulisan naskah Alquran, sementara di kategori dekorasi dimenangkan H Hambali, kaligrafer asal Gebog Kudus dan pada kategori Hiasan Alquran dimenangkan H Wahid dari Purworejo. "Kami bertiga mampu mengangkat nama Jawa Tengah di pentas nasional, dan akhirnya kita mendapat hadiah berangkat ibadah haji bersama-sama," sambungnya.

Untuk terus mengembangkan seni kaligrafi ini dirinya terus berkarya dan terus berinovasi degan berbagai media. Di samping itu, dirinya juga tidak enggan untuk menularkan ilmu yang dimilikinya ini kepada orang lain. Ia berharap seni kaligrafi ini akan selalu berkembang terus dan Kudus terus mampu menelurkan kaligrafer-kaligrafer handal yang dapat mengharumkan nama Kudus.

Di rumahnya ini, dirinya menularkan ilmu kepada anak-anak dan remaja yang ingin mendalami kaligrafi Arab ini. "Setiap Jumat siang, di sini kami mengajarkan anak-anak serta remaja membuat kaligrafi. Selain itu, kami juga membantu di Madrasah Qudsiyyah untuk ekstra kulikuler kaligrafi seminggu sekali," terang dia.

Selama ini karya dari hasil keuletannya, banyak diminati masyarakat. Ia biasa menuangkan kreatifitasnya ke dalam berbagai media seperti di atas kertas biasa, kaca, kanvas, atupun dalam gabus (stereofoam) dan lain sebagainya. Tak jarang, hasil karyanya juga dipercaya masyarakat untuk menghias tulisan-tulisan Arab di berbagai masjid, seperti di masjid Barongan Kudus, dan juga di masjid Agung Jepara. (*)

Radar Kudus Jawa Pos, edisi Minggu 9 Mei 2010

You Might Also Like

1 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images