Catatan Diskusi Publik FKUB Kudus

Sabtu, Desember 31, 2016


DIpengujung tahun 2016, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kabupaten Kudus meluncurkan konsep baru dalam meminimalisasi gesekan antar umat beragama. Konsep yang diberi judul “Ketahanan Ketuhanan Yang Maha Esa (YME) sebagai Solusi Penistaan Agama, diseminarkan pada Kamis, 30 Desember 2016 di hotel @home Kudus.  

Sekitar 50 tokoh dari berbagai agama di Kudus hadir dan memberikan masukan dalam forum yang digagas untuk mencetuskan solusi atas berbagai peristiwa menyangkut penistaan agama, dan peristiwa lain yang menyangkut gesekan umat beragama di negeri ini, yang semakin kentara akhir-akhir ini.Dalam forum tersebut, gagasan yang dicetuskan oleh Prof. H. Muslim A Kadir,  anggota FKUB Kudus ini, berfokus pada pemberdayaan sumber daya sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Guru besar STAIN Kudus ini menuturkan, kerangka berfikir yang dikembangkan berlandaskan pada persoalan umat beragama yang merupakan bagian dari kehidupan berbangsa bernegara dalam kerangka NKRI. Sehingga, penyelesaian persoalan di atas dapat didasarkan dan bersumber pada pelaksanaan dasar Negara, yakni Pancasila, UUD 1945. 

Sementara, landasan filosofis yang dipakai adalah mempertimbangkan realisme metafisik sebagai pandangan keilmuan. Rumusan filsafat ilmu ini dapat melahirkan empirisme deduktif yang berpangkal pada premis mayor agama dan berujung pada perilaku empiris. Lebih jauh, rumusan teori tentang perilaku umat beragama dapat dihasilkan atas dasar landasan tersebut. Perilaku konkret dalam kehidupan nyata dilakukan atas dasar rumusan teknis melalui metode praktik agama.

Untuk membedah konsep yang ditawarakan, Prof Muslim menjelaskan, bahwa term Tuhan YME menunjuk pada Diri wujud mutlak yang diyakini sebagai Dzat yang maha dalam segalanya, yang tentu saja berbeda dengan term ketuhanan. Term Ketuhanan tidak menunjuk pada diri Tuhan tetapi kepada respons pihak lain terhadap diri Tuhan tersebut. Term Tuhan merupakan kebenaran mutlak  bagi orang yang meyakini, sedangkan Ketuhanan berkaitan dengan perilaku umat dalam kehidupan konkret.  

Dalam Ketuhanan, respons yang ditampilkan memiliki bentuk dan sifat yang berkaitan dengan konteks dan kondisi pelakunya masing-masing di dalam masyarakat. Keterkaitan repons ketuhanan dengan konteks melahirkan variasi dan keragaman bentuk sebagai pilihan yang dapat dipertimbangkan. Atas dasar peluang tersebut maka, repons Ketuhanan dari kelompok yang berbeda dapat bertemu pada satu titik, baik sebagai ruang perjumpaan, kebersamaan bahkan kesatuan Ketuhanan. 

Kebersamaan ketuhanan tersebut hanya menyentuh tampilan operasional semata dan tidak menyentuh persoalan diri Tuhan sebagai kebenaran mutlak.Apabila agama merupakan wahyu Tuhan yang bersifat mutlak menurut keyakinan pemeluk, maka pelaksanaan ajaran tersebut menjadi perilaku konkret yang disebut keberagamaan. Term keberagamaan menunjuk pada produk kemanusiaan yang dilakukan pemeluk menjadi perilaku yang bersifat sosial mengalami perubahan perkembangan bahkan pergantian bentuk dan isinya.  

Kongkritnya, di dalam pilihan tersebut dapat ditemukan peluang titik temu perilaku beragama meskipun dilakukan oleh umat yang memeluk agama berbeda. Sebagai praktik, respons ketuhanan melalui keberagamaan yang dirancang untuk merespons kehidupan konkret yang mana di dalam responsifitas tersebut terdapat unsur-unsur teknis yang memiliki variasi dan keragaman. Lingkup keragaman tersebut dapat dipilih dan disesuaikan menurut konteks persoalan dan kebutuhan praktis yang dihadapi.  

Gagasan Prof Muslim kemudian berlanjut pada tataran teknologi keberagamaan Indonesia yang didasarkan pada unsur primer ketuhanan yang dapat menghasilkan sumber daya.Artinya, sumber daya ketuhanan tersebut merupakan produk proses teknik operasional unsur-unsur keberagamaan yang bersangkutan. Capaian produk tersebut didasarkan pada senyawa relasional unsur yang satu dengan unsur yang lain.  

Sumber daya ketuhanan inilah yang diharapkan dapat diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah keindonesiaan. Lingkup pemberdayaan sumber daya ketuhanan meliputi cakupan lingkup keberagamaan dan keindonesiaan. Konsep inilah yang digadang-gadang akan mampu menuntaskan persoalan keagamaan, seperti penistaan agama, kesatuan kebangsaan, kerukunan umat beragama, deradikalisasi, menangkal terorisme, menolak narkoba, memberantas korupsi, memberantas pungli dan sebagainya. 

Hadir sebagai pembanding dalam forum yang digelar mulai pagi hingga sore tersebut, ketua FKUB Jawa Tengah Prof Mudjahirin Thohir dari Semarang, serta dari rektor UNISNU Jepara, Dr. H. Sa’dullah Assaidi. (*)


Makalah lengkap dapat didownload di sini

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images