dr doe's Journey

Minggu, Agustus 29, 2010

dr doe's Journey, Sebuah Kisah Perjalanan Kelompok Musik
Lima Karya Refleksikan Kegundahan Rasa yang Dialami

Pentas tunggal dr doe sukses digelar. Ajang ini menjadi penggambaran perjalanan kelompok musik semi kontemporer, berikut angan-angan dan cita-cita yang digapainya. Seperti apa?

MUHAMMAD KHARIS, Kudus

BERBEDA dengan umumnya pentas musik, sajian yang disuguhkan dr doe di lapangan tenis Universitas Muria Kudus (UMK) pada Minggu (8/8) malam sungguh berbeda. Berada di depan panggung berukuran 6 kali 8 meter, setinggi setengah meter ini, penonton terlihat tenang.

Hingga tepuk tangan para penonton menandai berakhirnya konser tunggal dr doe, tak sedikit di antara mereka yang masih belum meninggalkan lokasi. Sementara raut wajah lelah, puas bercampur, terpancar dari para personel dr doe yang kemudian menyapa seluruh penonton untuk mengucapkan terima kasih.

Kepada para penonton, mereka menyatakan rasa terima kasihnya telah meluangkan waktu menyaksikan pemanggungan bertajuk dr doe's journey tersebut. Beberapa penonton sempat mengapresiasi akhir dari pementasan yang dimulai sekitar pukul 20.00 dan berakhir pukul 22.00 tersebut.

Ya, pentas musik itu sendiri didesain dengan tidak hanya menampilkan musik lewat grup dr doe semata, tetapi juga melibatkan performent dari tim pendukung dengan melibatkan kelompok teater. Baik dari kelompok teater kampus maupun luar kampus. Di antara kelompok teater yang mendukung penampilan tersebut, ada Teater Tiga Koma dari Fakultas Kegurusan dan Ilmu Pendididikan (FKIP) UMK, Teater Aura dari Fakultas Psikologi UMK, Teater Koin dari Fakultas Ekonomi dan Teater Keset Kudus.

Lima lagu yang dibawakan langsung diiringi dengan performa dari kelompok pendukung tersebut. Usai prolog dan perkenalan dari para personel, lagu berjudul Ruci n me langsung digeber dengan penampilan para pendukung. Menyusul kemudian lagu bertitle Sang Biru, Indonesiaku, Perubahan Bentuk dan lagu berjudul Pulangku menjadi penutup konser perjalanan dr doe’s tersebut.

Panggung konser sendiri didesain dengan melambangkan perjalanan kelompok musik ini. Segitiga paramida besar menjadi background di kelilingi gambar lingkaran-lingkaran. “Segitiga ini tri anggel dan lingkaran di sampingnya melambangkan perjalanan kelompok ini,” terang Budi Sadono, salah satu personel dr doe yang biasa disapa Jo ini.

Ia mengungkapkan, masing-masing lagu yang dibawakan tersebut menggambarkan perjalanan kelompok ini. Mulai dari awal terbentuknya dr doe sampai dengan bergantinya personel yang keluar dan masuk dalam grup ini.

Kemudian lagu berjudul Pulangku menjadi lagu terlama mereka, yakni diciptakan sekitar tahun 2004. “Lagu ini tak lain berisi tentang dr doe yang menjadi rumah kedua bagi para personelnya. Sehingga dr doe menjadi tempat berlabuh untuk pulang,” terang personel yang sekarang sering jadi presenter di berbagai acara ini.

Sementara lagu sang biru yang pada saat konser ditampilkan pada deretan lagu kedua merupakan lagu yang tercipta pada 2005. Lagu Ruci n me adalah lagu yang dibuat pada 2006 akhir, sedangkan Perubahan Bentuk tercipta pada 2009 dan lagu paling anyar berjudul Indonesiaku diciptakan pada 2010 ini.

“Lagu-lagu ini mengisahkan perjalanan dr doe dari awal terbentuknya hingga sekarang,” terangnya.
Abu Sofyan, personel yang memainkan biola serta merangkap vokalis ini menyatakan, konser ini merupakan impian dr doe sejak lama yang baru terwujud. “Tujuannya, tak lain adalah ingin menunjukkan eksistensi kita dalam bermusik. Kami bersyukur banyak teman-teman dan juga para seniman meluangkan waktu untuk menikmati dr doe ini,” sambungnya.

Dikatakan, dirinya bersyukur semua personel dr doe dapat berkumpul dan melaksanakan konser ini. “Meski persiapannya begitu terbatas,’ katanya.
Kesuksesan konser itu, kata Abu, tak lain berkat dukungan berbagai pihak. “Tentu kesuksesan konser ini memacu kita untuk terus kreatif dalam bermusik,” imbuhnya. (*)

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images