Terinspirasi Aktor dalam Film

Minggu, Agustus 29, 2010


NAMA “dr doe” yang disematkan dalam grup ini ternyata terinspirasi dari sebuah pemeran di sebuah film. Sebagaimana diakui Hery Wibowo. Salah satu personel yang dipercaya memegang drummer ini menyatakan, awal terbentuknya grup ini, ada sebuah film yang di dalamnya terdapat tokoh bernama dr doe. Istimewanya dr doe tersebut mampu menebak kandungan suatu materi tertentu.

“Ia mampu menebak kandungan barang dengan benar. Misalnya ia melihat sebuah pena, maka ia tahu kandungan tintanya berapa dan berbagai materi lain di dalamnya. Begitu pula sebuah bom, ia mampu memprediksi kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya. Bahkan ia juga mampu menebak kekuatan bom tersebut jika meledak,” paparnya.
Begitu istimewanya seorang dr doe di dalam film tersebut, maka Bowo, sapaan akrabnya kemudian menyematkan nama tersebut ke dalam kelompok ini. “Dan semua menyetujuinya,” tandas pria yang sekarang sibuk sebagai jurnalis salah satu majalah musik di Jakarta ini.

Bahkan, dengan nama dr doe tersebut, akhirnya masing-masing personel sering memanggil dengan sebutan “dok” yang merupakan kepanjangan dari dr doe (baca: dokter doe, Red). “Kita jadi terbiasa memanggil dok ke masing-masing anggota,” kata dia.
Bowo berharap dengan pemilihan nama dr doe tersebut masing-masing personel yang ada akan saling mengisi menjadi satu kesatuan harmoni musik yang indah. “Keistimewaan dr doe di film semoga bisa terwujud di kelompok ini. Tentunya yang mampu dinikmati orang lain,” ujarnya lagi.

Sementara itu, kelompok musik ini sendiri diakuinya memang murni untuk wadah berkesenian para personelnya. Dari awal terbentuknya kelompok ini sekitar 2003, hingga kini, mereka mengaku sangat jarang menyelenggarakan konser musik di hadapan umum. “Konser tunggal baru di UMK ini,” katanya.

Sebagaimana diungkapkan Budi Sadono, salah satu personel dr doe yang biasa disapa Jo ini mengatakan, kelompoknya ini hanya menyalurkan hobi bermusik dan hanya tampil di saat-saat tertentu saja. “Misalnya menyumbang lagu di pesta pernikahan teman kita, atau saat menjadi pembuka pertunjukan teater,” ujar Jo.

Dijelaskan, pementasan dalam grup musik ini memang tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Sebab penikmatnya memang tidak seperti grup musik pop atau grup band lain. “Biasanya penikmatnya orang tertentu-yang benar-benar mengerti dan menyukai intrumen musik. Maka bila tampil bareng dengan grup musik-musik lain yang tidak sejenis maka akan sangat garing,’’ katanya.

Oleh karenanya, biasanya dalam konser yang digelar dibarengkan dengan pementasan-pementasan teater atau di tengah-tengah pementasan lain yang memang membutuhkan musik intrumen. ’’Juga pernah konser dalam acara pernikahan yang memang membutuhkan melodi yang lembut serta tenang,’’ katanya.

Lagu-lagu yang tercipta pun, banyak menggunakan aransemen-aransemen yang jarang ada syairnya, tetapi hanya mengandalkan backing vocal saja. Karena begitu beda kelompok musik ini dengan grup band lainnya, maka sekitar tahun 2004 lalu, ini kelompok ini pernah ikut dalam ajang musik indy tingkat Jawa Tengah. Hasilnya lagu “Pulangku” karya dr doe ini menjadi yang terbaik dan berkesempatan untuk masuk dapur rekaman atas sigle tersebut.

“Sebenarnya saat itu kita tidak berobsesi untuk menang, kita hanya ingin menunjukkan bahwa ini warna musik dari kita,” terangnya.
Dan malah dengan warna musik yang seperti itu, kelompok ini terpilih dan mendapatkan kesempatan untuk rekaman single Pulangku tersebut. “Sementara lagu-lagu yang lain kita rekam dengan biaya sendiri,” imbuhnya. (*)

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images