Jepara Tak Boleh Mengulang Tragedi Dongos

Minggu, Februari 05, 2017




Menjelang Pilkada serentak 15 Februari 2017 mendatang, Jepara, yang termasuk salah satu daerah Pilkada serentak, adalah daerah yang cukup adem ayem dan nyaris tanpa konflik, nyaris tanpa berita. Tidak seperti politik di ibukota Jakarta. “Konflik” Pilkada di kota yang dulu dikenal sebagai Sunda Kelapa ini begitu mudah digoreng dan disantap oleh seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia, secara telanjang, nyaris tanpa sisa. Mana Fakta, mana hoax, di Pilkada Jakarta, tipis sekali bedanya. Seolah politik perebutan kursi nomor satu ini menjadi tampak begitu kumuh dan tidak elegan.   

Beda di ibukota, beda di bumi Kartini, Jepara. Keadaan aman terkendali, nyaris tanpa isu dan nyaris tanpa “pertikaian” dua calon yang maju, yakni Subroto-Nur Yahman vs Ahmad Marzuki-Dian Kristiandi. Keduanya dan tim sukses di belakangnya silahkan berkompetisi secara baik, jangan sampai mengulang tragedi kelam di awal reformasi yang terjadi di kota ukir ini.

Salah satu kasus konflik politik yang cukup besar adalah kasus pertikaian pendukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di desa Dongos, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Konflik berdarah ini terjadi pada awal reformasi, pada Pemilu 1999.

Dalam buku Sahidin (2004) berjudul “Kala Demokrasi Melahirkan Anarki : Potret Tragedi Politik di Dongos” disebutkan, konflik ini muncul ketika ada acara deklarasi dan pengajian PKB Ranting Desa Dongos di rumah bapak Sutarmo pada tanggal 30 April 1999. PKB merupakan partai kontestan pemilu tahun 1999, yang merupakan titik balik dari sistem multi partai yang diterapkan pemerintah. Kenyataan ini dapat dilihat sebelum sistem multi partai berlaku. Masyarakat Dongos mayoritas berafiliasi politik ke PPP, namun demikian setelah muncul banyak partai baru yang bersamaan munculnya PKB yang dibentuk warga nahdliyin, masyarakat Dongos yang notabene pendukung fanatik PPP seakan-akan tidak dapat menerima partai lain tumbuh dan berkembang.

Hal ini salah satunya karena keyakinan partai politik dianggap sebagai ideologi agama yang dijadikan panutan sehingga atas nama ideologi agama dipakai untuk memobilisasi massa. Mereka beranggapan bahwa partai Islam sebagai satu-satunya kendaraan untuk mencapai tujuan politik. Pada pihak lain beranggapan bahwa pandangan politiknya mengembangkan wawasan kebangsaan. Ketidaktahuan massa pendukung soal hubungan agama dan politik akibat politisasi agama untuk kepentingan sesaat mengakibatkan warga nahdliyin di Desa Dongos saling bermusuhan.

Dampak kerusuhan dari konflik politik ini adalah 4 orang meninggal dan puluhan orang luka-luka. Kerugian materiil yaitu 3 rumah terbakar serta 15 mobil dan 6 epeda motor terbakar hangus.

Konflik ini disebabkan karena, pertama, eskalasi dari konflik internal warga nahdliyin yang bersifat ideologis. Kedua, masyarakat Dongos belum mengetahui hakekat demokrasi, mereka hanya tahu bahwa demokrasi itu adalah kebebasan, apalagi didukung terjadinya guncangan sosial dan budaya akibat dari penerapan sistem pemilu multi partai, maka kesempatan untuk melampiaskan kebebasan tersebut sangat besar. Ketiga, adanya kesamaan basis massa yakni sama-sama warga NU. Keempat, adanya kesenjangan ekonomi yang tumpang tindih dengan persoalan politik yang memicu munculnya konflik.
Selain itu kerusuhan juga terjadi karena kurangnya komunikasi antara elit partai yang berkompetisi dengan massanya. Akibat dari tidak adanya komunikasi massa antar pendukung/simpatisan kedua partai yang bertikai, maka tragedi politik berdarah itu bisa terjadi.

Itulah sejarah kelam konflik politik yang terjadi di kota Bumi Kartini ini. Pedih bila mengingat kasus berdarah tersebut. Ayo generasi muda, generasi melek IT, generasi yang kreatif, kita belajar sejarah, agar tidak “terjatuh” pada lubang yang sama, agar tidak mengulang konflik yang sama. Jepara semakin dewasa, Jepara semakin bermartabat, jangan sampai mengulang tragedi Dongos kembali, cukup itu menjadi sejarah hitam untuk generasi kita dan generasi selanjutnya.

Paling dekat, ayo kita generasi muda sukseskan Pilkada Jepara. Datang ramai-ramai ke TPS pada 15 Februari mendatang. Pilih sesuai pilihan masing-masing. Tanpa caci maki, tanpa bikin bising, dan tanpa money politik.(*)

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images